Tuesday, May 31, 2011

Tiang Awan Tiang Api

Ku tak perlu takut
Terhadap apapun
Tangan-Mu yang penuh kasih
Menopangku tanpa henti

Ku tak perlu takut
Tuk melangkah maju
Hadirat-Mu yang berkuasa
Menjagaku senantiasa


REFF:
Seperti tiang awan
Yang meneduhkan
Dari terik siang
Hatiku slalu tenang di dalam tangan-Mu Tuhan

Seperti tiang api
Yang menerangi
Dari gelap malam
Kau menjagai hidupku dengan kebaikan-Mu
Sent from StrawBerry® smartphone

Saturday, May 7, 2011

Anak yang Memberi Contoh Cara Berkorban

Catatan editor:
Surat ini ditulis oleh seorang imigran asal Vietnam, Ha Minh Thanh,
yang bekerja sebagai  polisi di Fukushima, ditujukan kepada seorang
temannya di Vietnam.

Surat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Andrew Lam,
editor NAM, dan dimuat dalam harian New America Media tanggal 19 Maret
2011.


Teman,
Bagaimana keadaanmu dan keluargamu?
Saat ini aku berada di Fukushima, sekitar 25 kilometer dari pembangkit
listrik nuklir.

Beberapa hari ini, di sini segala sesuatu kacau sekali. Kalau aku
memejamkan mata, masih terbayang jenazah korban tsunami. Kalau aku
membuka mata, aku melihat jenazah juga.

Di sini kami masing-masing harus bekerja 20 jam sehari, tapi aku
berharap sehari ada 48 jam, sehingga kami dapat terus membantu dan
menyelamatkan penduduk.

Kami hidup tanpa air PAM dan aliran listrik, dan persediaan makanan
sudah amat menipis.
Kami masih menunggu instruksi ke mana harus memindahkan para
pengungsi.

Masyarakat di sini tetap tenang — tingkah laku mereka amat baik dan
mereka masih tetap menjunjung tinggi etiket hidup bermasyarakat —
sehingga keadaan tidak seburuk yang dapat terjadi.

Namun kalau keadaan seperti ini berkepanjangan, aku tidak tahu apakah
kami masih bisa memberikan perlindungan dan menjaga ketertiban.

Bagaimanapun juga mereka juga manusia, dan kalau rasa lapar dan haus
mengalahkan akal sehat, mereka dapat saja melakukan apa pun yang harus
mereka lakukan.

Pemerintah sudah mencoba memberikan bantuan makanan dan obat lewat
jalur udara, tetapi kebutuhan di sini jauh lebih besar.

Teman,
aku mengalami peristiwa yang terjadi secara kebetulan.

Seorang anak laki-laki Jepang mengajarkan cara bertingkah laku
selayaknya anggota masyarakat kepada orang dewasa seperti aku ini.
Kemarin malam, aku mendapat tugas membantu organisasi amal membagikan
makanan kepada para pengungsi di sebuah sekolah.
Antrian pengungsi panjang sekali,seperti seekor ular.

Aku melihat seorang anak kecil berumur sekitar 9 tahun, dia mengenakan
kaos dan celana pendek.
Udara terasa amat dingin dan anak ini berada di ujung barisan.
Aku merasa khawatir saat gilirannya tiba nanti, makanan sudah habis.
Jadi aku mengajaknya berbicara.

Dia berada di sekolah ketika gempa menerpa.
Ayahnya bekerja tidak jauh dari sekolah dan segera naik mobil ke
sekolah untuk menjemputnya.

Anak ini berada di balkon di lantai 3 dan dia menyaksikan bagaimana
tsunami menggulung mobil ayahnya dan mencampakkannya.

Rumahnya berada di tepi pantai, jadi kemungkinan ibu dan adik
perempuannya juga menjadi korban bencana ini. Dia memalingkan mukanya
dan menghapus air mata ketika aku menanyakan mengenai sanak familinya.

Anak ini menggigil, jadi aku melepaskan jaket polisiku dan mengenakan
padanya.
Saat itu kantong makanan yang menjadi bagianku terjatuh.
Aku mengambilnya dan memberikan kantong itu kepadanya.

“Kalau tiba giliranmu nanti, mungkin jatah makanan sudah habis.
Ini bagianku.
Aku sudah makan.
Makanlah, kamu tentu lapar.
”Anak ini menerima kantong itu dan membungkuk menyatakan terima kasih.

Aku kira dia akan segera memakannya, tetapi tidak.

Dia berjalan ke depan sambil membawa kantong itu dan meletakkannya di
tumpukan makanan yang sedang dibagikan.
Aku terkejut dan bertanya mengapa dia tidak makan dan mengembalikan ke
tumpukan makanan di sana. Dia menjawab, “Karena aku melihat banyak
orang yang lebih lapar dari aku.
Bila aku mengembalikan ke sana, panita akan membagikan makanan itu
dengan merata.”

Mendengar jawaban itu aku menoleh agar orang-orang disekitarku tidak
melihat aku menangis.
Masyarakat yang dapat membina anak berumur 9 tahun sehingga memahami
dan mempraktikkan konsep berkorban untuk kebaikan yang lebih besar
pastilah masyarakat yang hebat, orang-orang yang hebat.

Salam untukmu dan keluargamu.

Aku sudah harus bertugas lagi.

Salam,
Ha Minh Thanh

Thursday, May 5, 2011

Hindari Kata Negatif, Karena Tuhan Mempunyai Jawaban Positif

Anda berkata: "Tidak mungkin"
Tuhan berkata: " Semua bisa terjadi" (Luk 18:27)

Anda berkata: "Aku terlalu lelah"
Tuhan berkata; "Aku akan memberimu kelegaan" (Mat 11:28-30)

Anda berkata: "Aku tidak berdaya"
Tuhan berkata: "AnugrahKu cukup bagimu" (2Kor 12:9)

Anda berkata: "Aku tidak tahu harus berbuat apa"
Tuhan berkata: "Aku akan mengarahkan langkahmu" (Amsal 3:6)

Anda berkata: "Aku tidak sanggup"
Tuhan berkata: "Aegala sesuatu dapat kamu tanggung" (Fil 4:11)

Anda berkata: "Aku tidak mampu"
Tuhan berkata: "Aku mampu" (2 Kor 9:8)

Anda berkata: "Aku tidak bisa memaafkan diriku"
Tuhan berkata: "Aku mengampunimu" (1yoh 1:9)

Anda berkata: "Aku kekurangan"
Tuhan berkata: "Aku akan mencukupkan semua kebutuhanmu" (Fil 4:19)

Anda berkata: "Aku takut"
Tuhan berkata: "Aku tidak memberimu roh ketakutan" (2 Tim: 1:7)

Anda berkata: "Aku kuatir"
Tuhan berkata: "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaKu" (Roma 12:3)

Anda berkata: "Aku merasa sendirian"
Tuhan berkata: "Aku tidak pernah meninggalkanmu" (Ibrani 13:5)

Sent from StrawBerry® on 3

Friday, April 1, 2011

Tak Tersembunyi Kuasa Allah

Tak tersembunyi kuasa Allah
Kalau lain di tolong saya juga
tanganNya terbuka menunggulah
Tak tersembunyi kuasa Allah

It is no secret what God can do
What He done for other He will do for you
With arms wide open He will pardon you
It is no secret what God can do